Kalau yang suka jalan-jalan ke Jalan Cihapit pasti sudah familiar dengan berbagai jajanan yang ada di sekitar pasarnya. Beberapa tempat makan di sini juga cukup legendaris sehingga tidak heran kalau kawasan ini selalu ramai setiap harinya.
Nah beberapa waktu belakangan ini, kami sering melihat ada satu tempat makan yang selalu ramai, namanya Bakmie Tjo Kin. Tempat ini sebenarnya tergolong baru, tapi selalu penuh dan bahkan beberapa konsumen harus waiting list terlebih dahulu.
Kalau tempat makan baru tapi sudah ramai artinya apa? Pakai pesugihan! hehe.. Ya bukan dong, itu artinya makanannya enak banget. Nah karena penasaran, dan kebetulan sedang lewat Jalan CIhapit juga, akhirnya kami mampir ke Bakmie Tjo Kin ini.
Karena kami datang di hari kamis jam 9 pagi, tempat ini belum begitu ramai. Di dalam baru sekitar 2 meja saja yang terisi. Jadi lumayan deh bisa makan sambil foto-foto juga di dalamnya.
Bakmie Tjo Kin ini beralamat di Jl. Cihapit No.18 Bandung. Lokasinya masih satu kawasan dengan Pasar Cihapit. Tampilan luar Bakmie Tjo Kin ini sangat sederhana, mirip seperti toko-toko tua yang ada di sekitarnya. Jadi kesan jadulnya masih terasa banget kalau dilihat dari luar.
Di depan Bakmie Tjo Kin ini ada sedikit area untuk parkir motor, itu pun masih harus berbagi dengan pedagang yang berjualan juga di sana. Untuk konsumen yang membawa mobil, saya kurang tahu bisa memarkirkan mobilnya di mana soalnya jalanan di sekitarnya pun selalu ramai dengan kendaraan.
Bakmie Tjo Kin buka setiap hari dari mulai jam 8 pagi sampai jam 9 malam. Untuk menghindari antrian, lebih baik untuk datang ke sini di luar jam makan saja. Kalau pun datang di jam-jam sibuk, pastikan kita sedang tidak lapar banget ya, biar bisa sabar nunggunya hehe..
Saat masuk ke dalam, interior Bakmie Tjo Kin juga ternyata dibuat dengan konsep jadul. Hal itu terlihat dari berbagai lukisan dan pajangan yang ada di dindingnya. Beberapa di antaranya adalah gambar dan tulisan yang menggunakan huruf mandarin.
Yang cukup menarik buat saya adalah plakat bertuliskan "Toko Buku Atkas" yang ada di bagian belakang. Setelah mencari di Google, ternyata tempat ini dulunya adalah toko buku yang bernama Atkas tersebut. Jadi kaya Kopi Toko Djawa ya yang dulunya juga bekas toko buku.
Meja makan yang ada di Bakmie Tjo Kin ini memang tidak terlalu banyak, jadi wajar saja kalau sering antri. Hanya ada beberapa meja yang berbentuk persegi. Sisanya menghadap ke tembok atau berada di depan kasir.
Menu utama yang ada di Bakmie Tjo Kin ini ya tentu saja bakmi-nya. Kita bisa memilih bakmi-nya mau dalam bentuk yamien manis atau yamien asin. Yang menarik, di sini kita juga bisa memilih jenis mie yang kita inginkan, ada mie kecil, mie lebar, dan mie shirataki.
Selanjutnya kita juga bisa menambahkan topping atau add-on ke dalam bakmi kita. Beberapa di antaranya adalah siomay kukus, baso goreng, swikiaw, baso kuah, baso tahu kuah, dan pangsit goreng. Satu paket menu tersebut masing-masing berisi 5 buah.
Untuk minumannya sendiri di sini ada teh tawar, teh manis, orange juice, soft drink, dan frestea. Yang menarik, di sini juga ada es asam jawa dan coffee root beer. Saya tidak tahu coffee root beer ini apa, mungkin di lain kesempatan akan saya coba juga.
Buat yang ingin membawa pulang, di sini juga tersedia berbagai makanan versi frozennya, seperti bakmi, siomay, dan baso goreng. O iya, semua menu di sini halal yaa, jadi teman-teman yang muslim juga jangan ragu untuk datang ke sini.
Sebenarnya banyak menu yang ingin kami coba, tapi karena masih pagi, jadi perutnya belum siap untuk menampung banyak makanan. Nah ini dia menu yang kami pesan.
Menu yang saya pesan adalah yamien manis ayam baso. Untuk jenis mie-nya saya mencoba mie lebar. Satu porsi menu ini terdiri dari mie lebar, potongan ayam, sayuran, dan taburan bawang daun. Untuk basonya sendiri disajikan bersama kuah yang terpisah.
Mie lebarnya ini tampilannya sekilas mirip dengan kwetiau, tipis dan lebar. Tapi untuk teksturnya sih tetap seperti mie bukan kenyal banget seperti kwetiau. Potongan daging ayamnya dan sayurannya juga enak.
Yang paling saya suka adalah kuah basonya. Kuahnya itu seperti ada campuran jahenya sehingga terasa hangat di tenggorokan. Pokoknya nikmat banget deh nyeruput kuah hangatnya pas tiap abis ngunyah bakminya.
Ini adalah menu yang dipesan istri saya. Isi di dalam mangkuknya sama seperti yang saya pesan. Hanya saja istri saya memilih untuk menggunakan mie kecil saja. Mie kecilnya ini bentuknya sama seperti mie pada umumnya. Teksturnya juga cukup kenyal.
Untuk swikiaw-nya disajikan dengan kuah yang sama seperti kuah baso yang saya pesan. Namun istri saya kayanya kurang suka dengan rasa dari swikiaw-nya. Bukan karena ga enak ya, tapi lebih ke preferensi pribadi saja.
Nah itu dia 2 menu yang kami pilih untuk sarapan pagi di Bakmie Tjo Kin. Untuk minumnya kami juga hanya memesan teh tawar saja. Teh tawar ini gak usah direview ya karena rasa teh tawar mah ya gitu-gitu aja.
O iya untuk ukuran porsinya, satu porsi bakmi di sini tergolong sedikit jika dibandingkan dengan bakmi-bakmi khas chinese yang lain. Porsi Bakmie Tjo Kin ini cocok banget buat sarapan. Tapi kalau mau makan besar, mungkin bisa sambil pesan aneka toppingnya juga biar kenyang.
Kalau teman-teman pembaca adakah yang sudah mencoba Bakmie Tjo Kin juga?