Perjalanan kami berdua di Yogyakarta tentu tidak akan lengkap kalau tidak mengunjungi Soto Kadipiro. Saya sendiri sudah lama menjadikan ini wishlist kalau ke kota Bakpia. Jadilah saat ada kesempatan, kami berdua mengunjunginya.
Konon Warung Soto ini sudah sangat melegenda karena sudah dibangun sejak 100 tahun lalu. Hingga saat ini, Soto Kadipiro masih menggunakan resep turun temurun untuk membuat racikan di sotonya.
Soto ini juga sangat terkenal di kalangan turis. Makanya warung ini tidak pernah sepi pengunjung. Penasaran dengan warung soto ini? Simak sampai akhir ya!
Lokasinya ada di Jalan Wates No.33, Kdipiro, Ngestiharjo, Yogyakarta 55182. Soto ini dinamakan Soto Kadipiro karena memang lokasinya ada di daerah Kadipiro. Jaraknya sekitar 3 km saja dari Malioboro.
Lokasi ini perlu kamu perhatikan baik-baik ya agar tidak salah mengunjungi Soto Kadipiro yang asli. Kenapa? Karena ketika saya dan suami mencari alamat ini di Google Maps, ada banyak sekali Soto Kadipiro di Yogyakarta, di daerah Jalan Wates ini khususnya.
Kami melihat ada banyak sekali warung soto dengan embel-embel Soto Kadipiro, seperti Soto Kadipiro II, Soto Kadipiro Baru, Soto Kadipiro Plus, dan Soto Kadipiro Baru 2. Bingung gak tuh? Dan itu semua bersampingan, lho hahaha.
Apakah Soto Kadipiro yang asli ini ada hubungannya dengan Soto Kadipiro yang lain? Coba untuk kamu yang tau asal-usul atau sejarah kenapa banyak penamaan yang sama, komen di artikel ini ya!
Oh iya, Warung Soto Kadipiro buka dari jam 07:30 pagi sampai sehabisnya makanan. Jadi kamu bisa juga ke sini untuk sarapan!
Tempatnya bisa dibilang besar dan luas. Suasananya betul-betul klasik karena interiornya menggunakan bahan serba kayu. Meja dan tempat duduknya juga banyak, jadi pengunjung gak perlu takut kehabisan tempat.
Saat saya ke sana sih yang makan cukup ramai, tapi tempat makan yang masih kosong juga lumayan banyak kok. Bahkan, pengunjung juga bisa makan di depan tempat pegawainya membuat pesanan, persis kaya di bar gitu hehe.
Dinding-dindingnya dipenuhi oleh foto-foto keluarga atau generasi pertama warung soto ini dibangun. Selain itu, ada banyak ornamen-ornamen wayang dan sangkar burung yang menambah kesan klasik di sini.
Tempatnya sangat sederhana, jauh dari kata fancy. Namun, yang jelas suasananya dibuat hangat dan nyaman. Pegawai-pegawainya ramah dan terlihat sangat passionate terhadap apa yang dikerjakan.
Menu yang ada di sini tentunya Soto dengan Ayam Kampung. Untuk kondimennya, mereka menyediakan Tempe Mendoan, Sate Telur Puyuh, Tahu Bacem, dan Sambal. Untuk memesan soto ini, pengunjung tinggal memilih apakah sotonya mau dipisah/dicampur langsung dengan nasinya.
Sedangkan untuk side dish yang lain, kamu bisa menikmatinya langsung di meja karena makanan-makanan tersebut sudah disediakan. Kalau ayamnya masih dirasa kurang, kamu bisa ambil langsung yang ada di piring.
Saya dan suami, sebagai sesama first-timers, bisa bilang kalau ini Soto terenak yang pernah kami makan. Jujur aja soalnya kami gak pernah menemukan yang kaya gini sebelumnya.
Rasa sotonya cenderung gurih, tapi bukan gurih dari micin, melainkan Ayam kampung yang direbus lama untuk kaldu sotonya. Terus rasanya kuahnya diperkuat oleh kunyit dan rempah tradisional lainnya.
Warnanya gak pekat dan cenderung bening, tapi anehnya rasanya bisa enak, gurih, dan benar-benar menonjol. Gak heran kalau warung soto ini tidak pernah sepi pengunjung.
Yang lebih juaranya lagi ayam kampungnya sih. Dimakan langsung tanpa dicampur apa-apa lagi juga udah enak sendiri; empuk, lembut, gurih!
Kondimen yang lain pun wajib kamu coba kalau ke sini, terutama tempe mendoan dan tahu bacemnya. Saya habis dua biji tempe mendoan hehehe, ukurannya gede padahal.
Saya dan suami juga sepakat soal sambalnya yang enak banget! Entah kenapa ini beda sama sambal di tempat soto lain. Rasa sambalnya sedikit susah untuk dideskripsikan tapi yang jelas it belongs to the Soto. Memang udah cocok banget dipasangin.
Itu dia perjalanan kami mengunjungi soto legendaris di Yogyakarta. Semoga kamu terbantu ya dengan informasi yang ada di artikel ini. Selamat mencoba!