Saat sedang memilih jajanan pasar, saya sempat bingung ketika melihat dua jajanan yang memiliki tampilan serupa yaitu lemper dan arem-arem. Keduanya sama-sama dibungkus dengan daun pisang dan terkadang label isiannya pun sama, seperti "lemper ayam" dan "arem-arem ayam".
Namun ternyata, meskipun memiliki tampilan yang mirip, keduanya memiliki beberapa perbedaan yang cukup signifikan. Nah, buat teman-teman yang juga sempat kebingungan seperti saya, berikut saya akan menjabarkan apa saja perbedaan dari lemper dan arem-arem tersebut.
Baik lemper maupun arem-arem berasal dari daerah Jawa. Arem-Arem merupakan makanan khas yang berasal dari daerah Kebumen, Jawa Tengah. Sedangkan untuk lemper, saya tidak mengetahui secara pasti dari daerah Jawa mana makanan ini berasal.
Ada yang mengatakan jika asal kata "lemper" berasal dari kalimat dalam bahasa Jawa yaitu “yen dilem atimu ojo memper” yang artinya kita tidak boleh sombong ketika ada yang memuji. Namun, tidak ada bukti kuat yang mendukung teori tersebut.
Sementara itu, arem-arem berasal dari kata dalam bahasa Jawa yaitu "marem" yang berarti puas dan bahagia. Penamaan tersebut merujuk kepada manfaat dari arem-arem sendiri yang dapat membuat kita puas dan kenyang saat memakannya.
Maka dari itu, tidak heran jika arem-arem ini sering dijadikan sebagai kudapan untuk sarapan di pagi hari. Rasanya yang lezat dan porsinya yang cukup besar membuat kita merasa puas dan kenyang sehingga tubuh kita siap untuk mengarungi hari yang berat.
Lemper memakai beras ketan sebagai bahan dasar pembuatannya. Sedangkan untuk isinya, awalnya lemper hanya menggunakan gebingan atau serundeng, namun kini lemper juga sudah menggunakan daging ayam, daging sapi, hingga abon.
Sementara itu, arem-arem menggunakan beras putih biasa untuk bahan dasarnya. Untuk isiannya, arem-arem biasanya menggunakan potongan kentang dan wortel. Akan tetapi, sekarang banyak juga arem-arem yang menggunakan daging ayam, daging sapi, atau oncom untuk isiannya.
Proses pembuatan lemper dan arem-arem sebenarnya cukup mirip. Setelah beras ketan atau beras putih matang, kedua bahan tersebut akan digulung bersama dengan isiannya lalu dibungkus dengan menggunakan daun pisang.
Setelah dibungkus, keduanya akan dikukus hingga matang dan daun pisangnya berubah warna menjadi kecoklatan. Selain untuk memadatkan isinya, proses pengukusan ini juga bisa membuat lemper dan arem-arem lebih awet hingga beberapa hari.
Meskipun pada awalnya lemper dibuat dengan cara dikukus, namun saat ini ada juga lemper yang dibakar. Bahkan, lemper yang dijual di penjual jajanan pasar juga banyak yang langsung dibungkus dan disajikan tanpa dikukus atau dibakar lagi.
Seperti yang sudah saya singgung di awal, tampilan dari lemper dan arem-arem ini sangatlah mirip, terutama untuk lemper yang dibuat dengan cara dikukus. Namun untuk ukurannya, biasanya arem-arem memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan lemper.
Ukuran arem-arem yang lebih besar tersebut bertujuan agar bisa membuat orang yang memakannya merasa marem alias puas dan kenyang. Ukuran arem-arem ini biasanya dua hingga tiga kali lipat lebih besar daripada lemper.
Saat pembungkus daun pisangnya dibuka, barulah kita bisa melihat perbedaan yang cukup mencolok. Lemper tampak masih memiliki tekstur seperti nasi ketan. Jika dipegang akan terasa lengket dan jika dimakan akan sangat terasa kenyal di mulut.
Sedangkan untuk arem-arem, bentuk nasinya biasanya sudah tidak begitu terlihat dari luar, mirip seperti lontong. Itulah sebabnya kenapa di beberapa daerah arem-arem ini disebut juga sebagai lontong isi. namun saat dibelah, biasanya masih terlihat tekstur dari butiran-butiran nasinya.
Arem-arem ini teksturnya lembut dan tidak lengket saat dipegang. Teksturnya ini lebih lembut dibandingkan dengan nasi sehingga membuat arem-arem juga cocok untuk dikonsumsi oleh orang yang harus memakan makanan lembut.
Nah dari uraian di atas, kita bisa mengetahui meskipun bentuk dan cara pembuatannya mirip, namun lemper dan arem-arem memiliki perbedaan yang sangat mendasar pada bahan utamanya. Meskipun berbeda, saya tetap suka kok dengan keduanya. Kalau kamu bagaimana?