Jika kamu liburan ke Cirebon, pasti dapat dengan mudahnya melihat rumah makan yang menjual empal gentong dan empal asem berjejer di pinggir jalan. Kedua kuliner tersebut memang asli dari Cirebon dan tidak boleh kamu lewatkan saat berkunjung ke sana.
Namun, pernahkah kamu bertanya kenapa kedua makanan tersebut diberi nama "empal gentong" dan "empal asem"? Nah jika kamu ingin mengetahui jawabannya, di artikel ini saya akan mengajak kamu untuk menelusuri asal-usul penamaan kedua hidangan tersebut.
Empal gentong merupakan hidangan berkuah santan dengan potongan daging sapi dan jeroan yang empuk. Makanan ini telah menjadi ikon kuliner Cirebon sejak zaman dahulu. Hidangan ini dipercaya sebagai salah satu sarana penyebaran agama Islam di Cirebon pada masa itu.
Nama "empal gentong" sendiri berasal dari dua kata, yaitu "empal" dan "gentong". Kata "Empal" merujuk pada potongan daging sapi, umumnya bagian sandung lamur, yang direbus hingga empuk.
Kata "empal" sebenarnya berasal dari bahasa Jawa yang berarti "daging yang dipukul-pukul". Proses pemukulan ini bertujuan untuk memecah serat daging agar bumbu meresap lebih dalam dan daging menjadi lebih empuk.
Akan tetapi di Cirebon, istilah "empal" merujuk pada jenis masakan seperti gulai, bukan gepuk atau dendeng seperti di daerah lain. Misalnya, empal gepuk adalah hidangan daging sapi yang direbus atau diungkep dengan bumbu rempah, kemudian digepuk hingga pipih.
Sedangkan istilah "Gentong" merujuk pada periuk tanah liat yang digunakan untuk memasak empal. Pada masa lalu, gentong umum digunakan karena peralatan masak modern belum tersedia.
Penggunaan gentong tanah liat ini juga konon memberikan cita rasa khas pada empal gentong, karena gentong mampu menjaga suhu panas lebih lama dan membuat bumbu meresap sempurna ke dalam daging.
Asal-usul empal gentong diperkirakan dari Desa Battembat, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon, yang dikenal sebagai pusat penjagalan hewan.
Di tengah melimpahnya daging, masyarakat setempat mengolahnya menjadi hidangan yang kemudian dikenal sebagai empal gentong. Daging yang digunakan adalah daging segar terbaik dari tempat pemotongan sapi di sekitar Battembat.
Proses memasak empal gentong terbilang unik. Daging dan jeroan sapi direbus dalam gentong tanah liat dengan api kayu bakar, biasanya kayu pohon asam, selama sekitar lima jam.
Tradisi ini dipertahankan untuk menjaga tekstur dan cita rasa daging. Potongan daging untuk empal gentong biasanya agak besar. Setelah matang, empal dibiarkan di atas api agar tetap empuk.
Pada awal kemunculannya, empal gentong menggunakan daging kerbau, bukan sapi. Hal ini karena mayoritas masyarakat Cirebon beragama Hindu, dan sapi dianggap hewan sakral.
Seiring masuknya Islam, penggunaan daging sapi semakin populer. Empal gentong juga kerap disajikan dengan taburan daun kucai dan sambal cabai kering giling. Terkadang, hidangan ini dilengkapi kerupuk dorokdok dari kulit sapi.
Jika empal gentong identik dengan kuah santan yang gurih, empal asem menawarkan sensasi segar dengan kuah bening yang asam. Sesuai namanya, "asem" merujuk pada rasa asam yang dominan dalam hidangan ini. Rasa asam ini berasal dari belimbing wuluh dan air asam jawa.
Empal asem merupakan pengembangan kuliner dari empal gentong yang sudah lebih dulu populer. Empal asem dan empal gentong memiliki bahan dasar yang sama, yaitu daging sapi dan jeroan. Perbedaan utama terletak pada kuahnya.
Empal asem tidak menggunakan santan, melainkan kuah bening dari kaldu sapi dengan tambahan belimbing wuluh dan asam jawa. Bumbu yang digunakan pun berbeda. Empal asem menggunakan bumbu putih, yang berarti tidak menggunakan kunyit seperti pada empal gentong.
Menariknya, empal asem dibuat sebagai alternatif bagi mereka yang tidak menyukai santan. Penyajian empal asem biasanya dalam keadaan panas dengan nasi putih hangat.
Potongan daging sapi yang direbus dan digoreng hingga kecokelatan kemudian dicampur dengan kuah asem yang segar sehingga menciptakan perpaduan rasa gurih dan asam yang menggugah selera.
Nah, itu dia asal usul dari penamaan makanan empal gentong dan empal asem. Jadi, istilah "empal" merujuk kepada daging sapi yang direbus dalam waktu yang lama hingga menjadi empuk.
Sementara itu, nama "gentong" pada empal gentong merujuk pada penggunaan periuk tanah liat sebagai alat masaknya. Sedangkan nama "asem" pada empal asem merujuk pada penggunaan belimbing wuluh dan asam jawa yang memberikan rasa asam segar pada kuahnya.